Wednesday, August 2, 2017

Janji Allah Bagi Orang Yang Menikah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Diantara janji Allah bagi orang yang menikah, Allah janjikan kecukupan untuk mereka,
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Kawinkanlah orang-orang yang masih lajang diantara kalian, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari budak-budak lelaki dan budak-budak perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya”. (QS. an-Nur: 32)
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَوْنُهُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ
“Ada 3 orang yang dijamin oleh Allah untuk membantunya: Mujahid fi sabilillah, orang yang menikah karena menjaga kehormatan dirinya, dan budak yang hendak menebus dirinya untuk merdeka.” (HR. Nasa’I no. 3133, Turmudzi no. 1756 dan dihasankan al-Albani).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah mengatakan,
رغبهم الله في التزويج، وأمر به الأحرار والعبيد، ووعدهم عليه الغنى
“Allah memotivasi hambanya untuk menikah, sebagai perintah yang ditujukan untk orang merdeka maupun budak. Dan Allah menjanjikan kepada mereka kecukupan”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/51)
Demikian pula dinyatakan dalam keterangan Ibnu Mas’ud,
التمسوا الغنى في النكاح
“Carilah kekayaan dalam pernikahan”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/51)
Wanita yang Berkah
Karena itu, keberadaan istri terkadang menjadi sumber keberkahan bagi seorang lelaki. Karena lelaki yang menjadi suami, dia harus menanggung nafkah istri dan anaknya. Sehingga jalur rizki mereka melalui suami yang menjadi sumber nafkah bagi keluarganya.
Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi mengatakan,
أن بعض النساء المباركة …بعض النساء المباركة إذا تزوج الانسان بورك له في ماله وبورك له في رزقه وبورك له في كسبه
“Sebagian wanita itu berkah.. wanita yang berkah, ketika dinikahi lelaki, maka hartanya diberkahi, rizkinya diberkahi, dan pekerjaannya diberkahi.” (Rekaman Liqa’ Maftuh)
Kemudian beliau membawakan atsar dari A’isyah radhiyallahu ‘anha yang mengatakan,
تزوجوا النساء يأتينكم بالأموال
“Nikahilah wanita, karena akan mendatangkan harta bagi kalian”. (HR. Hakim 2679 dan dinilai ad-Dzahabi sesuai syarat Bukhari dan Muslim)
Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua wanita. Sebagaimana ada wanita yang mendatangkan kemudahan dan keberkahan bagi suami, ada juga wanita yang kondisinya sebaliknya, dia justru mendatangkan masalah bagi suaminya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan 3 sumber kebahagiaan manusia dan 3 sumber masalah bagi manusia.
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أربع من السعادة : المرأة الصالحة والمسكن الواسع والجار الصالح والمركب الهنيء وأربع من الشقاوة : الجار السوء والمرأة السوء والمسكن الضيق والمركب السوء
“Ada 4 yang mendatangkan kebahagiaan: istri shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan ada 4 yang mendatangkan kesusahan: tetangga yang jahat, istri yang jahat, rumah yang sempit, dan kendaraan yan tidak nyaman dipakai.” (HR. Ibnu Hibban 4032 dan sanad dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Berlatihlah untuk menjadi wanita shalihah, agar anda menjadi wanita yang berkah.
Allahu a’lam


Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari

Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (1)
"Nama saya Sukadi.Tidak boleh dirubah ubah. Walau kelak menunaikan ibadah haji, kiai Hasyim berpesan tak boleh diganti", begitulah penjelasan awal saat ditanya ihwal namanya yang begitu singkat, Sukadi.
Jauh dari bayangan saya sebagai murid, dekat dan khidmat hadratusy syekh selama lima tahun di dalem. Tinggal di rumah yang sangat sederhana, penampilannya bersahaja dan busana yang dikenakannya laiknya kiai berjejuluk "kiai kampung". Padahal--untuk ukuran "rural society"--kekayaan mbah Sukadi terhitung lumayan.
"Sudah berumur berapa mbah jenengan sekarang ?", tanya saya berikutnya. "Umur saya 108 tahun. Lahir tahun 1909", jawabnya. Kendati sudah ompong atau giginya tak tersisa alias tanggal semua. Namun dari guratan wajah, fisik, berjalan dan berdirinya tampak begitu sehat dan kuat.
Rupanya mbah Sukadi termasuk yang lazim disebut "santri khusus". Lebih banyak mengais ilmu hikmah, wisdom atau ilmu linuwih kepada kiai Hasyim. Mengalir deras teks hafalannya saat diminta memberi contoh ilmu yang didapatkannya, walau patut disayangkan, tak selembar-pun catatannya tersimpan.
Agaknya, selain mbah Sukadi mengabdikan dirinya menyiapkan keperluan kiai Hasyim, lebih suka menekuni ilmu linuwih.
Mbah Sukadi, dari dalemnya di Kebumen ke Tebuireng selalu berjalan kaki. Biasanya, ditempuh tujuh hari. Dan, rupanya kebiasaan ini selalu dilakukan sepanjang nyantri di Pesantren Tebuireng. Hal ini menguatkan bahwa mbah Sukadi berbeda dengan santri pada umumnya. Tak mengherankan bila kelak diminta menjadi pengawal Soekarno dan melatih pemuda Islam sebagai "pasukan umat Islam"
TAK DIKENAL SANTRI HADRATUSSYEKH
--Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (2)
Entah ini sengaja ditutup tutupi agar yang mengemuka sebagai ahli pijat dan pengawal Soekarno. Walau mungkin ini cermin dari sikap low profile-nya, ketimbang mendikler atau memamerkan dirinya selaku murid hadratusy syekh. Padahal, justru sebaliknya yang banyak terjadi, kebanggaan dan sekaligus membuka diri dengan menyebut santri pesantren Tebuireng atau murid langsung dari kiai Hasyim.
Mengapa mbah Sukadi seolah lebih dikenal--untuk meminjam terminologi Clifford Geertz dalam Religion of Java-nya--identitas dan berasal muasal dari lingkungan abangan ? Ketimbang sebagai sosok yang pernah nyantri di pesantren Tebuireng atau santri kiai Hasyim ?
Mungkin bisa dirunut dan dijelaskan, kelebihan utama yang populer di khalayak ilmu yang dimiliki adalah memijat dan ilmu linuwih. Tidak aneh, justru melalui posting ini banyak yang baru tahu jika mbah Sukadi merupakan santri kiai Hasyim dan lima tahun nyantri di pesantren Tebuireng. Tidak itu saja, pernah juga mengenyam pesantren lainnya.
Keahlian memijat, bahkan bukan sekedar memainkan jari jemari dan menekan serta mengusap usap fisik pasiennya. Melainkan, mbah Sukadi dengan "titis" atau akurat menunjuk bagian yang sakit dan menyembuhkannya melalui kemampuan ilmu hikmahnya.
Sedangkan kapasitas linuwih-nya hingga sampai ke ketelinga Soekarno. Sehingga mbah Sukadi dipanggil Soekarno tak sekedar lantaran keahliannya memijat, namun juga lantaran ilmu linuwih yang melekat pada dirinya. Di sini, mudah dipahami jika kelak mbah Sukadi memainkan peran sebagai pengawal Soekarno pula.
Pertanyaan yang menggelitik, hubungan dan kedekatan Soekarno-mbah Sukadi berlangsung secara head to head, begitu saja ? Atau justru karena dikenali bahwa Mbah Sukadi murid kiai Hasyim ? Mungkinkah Soekarno menaruh kepercayaan demikian besar kepada mbah Sukadi bila bukan diketahui murid haratusy syekh ?
MBAH SUKADI SOEKARNOIS
--Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (3)
Perihal kedekatan mbah Sukadi dengan Soekarno tak perlu diragukan lagi. Keluar masuk istana, turut bertaruh nyawa saat merebut Irian Jaya, menjadi pengawal "non protokoler", foto Soekarno yang bergantung dekat pintu masuk dalemnya dan hingga kini lalu lalang dan berdatangan para Soekarnois adalah di antara petunjuk faktual. Menjadi sederet penanda tak terbantahnya hubungan spesial mbah Sukadi-Soekarno.
Keluar masuk dan datang silih berganti para Soekarnois ke dalemnya mbah Sukadi. Meski warna warni motivasinya berbeda beda. Ada yang ingin meneguk spirit nasionalisme, menyimak perjuangan Soekarno hingga mengusik dan demi mengendus di mana "harta karun" Soekarno yang sering menjadi bahan perbincangan disembunyikannya.
Namun kedekatan keduanya tidaklah mekanistik, nir asbab al-nuzul, sepi dari cerita menarik perkenalannya. Agaknya, di tengah kesibukan mbah Sukadi khidmat di dalem kiai Hasyim, tak luput berpapasan dengan silih bergantiannya pejuang kemerdekaan silaturrahim kepada kiai Hasyim.
Goresan, gesekan dan pertemuan dengan pejuang, menyimak perbincangan dan mencermati teladan kesungguhan sang kiai menyemangati dan memberi taushiyah tak urung pula turut memantik semangat berjihad untuk tanah air.
Kendati, masih belum diperoleh informasi yang jelas posisi mbah Sukadi yang basah dialiri jiwa patriotisme apakah kelak sebagai bagian dari Tentara Sukarela Pembela Tanair atau PETA (Kydo Boei Giyugun). Akan halnya di mana posisinya di antara shodanco, budanco dan giyuhei. Atau malah sekedar "sukarelawan lepas" dan berlaku tak ubahnya pengawal pribadi.
Hanya saja, dalam diri mbah Sukadi pertama tama itu "Hasyimiyah". Mula pertama murid dan pengikut kiai Hasyim, stigma Soekarnois yang datang belakang. Bahkan, kedekatan dan sebutan Soekarnois tak mungkin muncul tanpa terlebih dahulu mbah Sukadi nyantri di pesantren Tebuireng, berguru dan khidmat kepada hadratusy syekh
MEMILIH ILMU HIKMAH
--Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (4)
Tentu, tidak etis mengajukan pertanyaan mengapa mbah Sukadi memilih lebih mendalami ilmu hikmah ketimbang bertafaqquh fiddin sebagaimana umumnya santri yang mondok di Pesantren Tebuireng. Kendati menurut pengakuannya, mempunyai "wirid" cepat menangkap, mencerna dan menghapal ilmu apapun.
Laik disematkan titel jagoan ilmu hikmah. Bisa dimengerti bila silih berganti orang berdatangan untuk meminta keberkahan dari ilmu hikmahnya. Tak urung hingga Soekarno--tak sekedar memanfaatkan keahlian memijatnya--bahkan jasa pengawalanpun dimintakan kepadanya. Lebih jauh lagi, menurut pengakuan mbah Sukadi, turut berjibaku membebaskan Irian Jaya.
Demikian tebalnya keyakinan mbah Sukadi akan kedahsyatan ilmu hikmah--mungkin ini yang lazim disebut dengan ilmu ladunni--bahwa ilmu itu bisa diraih lewat jalur yang tak biasa yakni amalan tertentu.Thalab al-'ilm lewat jalur tol, meski seraya berseloroh ditangkis santri dengan mendendangkan bait Alfiah "wafi ladunni laduni qalla wafi".
Bahkan, semua terpulang kepada Allah. Yang menurut akal tak mungkin, tapi jika Allah berkehendak maka akan terwujud. "Kun fayakun", tambah mbah Sukadi untuk meyakinkan kebenaran motoda tidak konvensional dalam memperoleh ilmu.
Ternyata, sudah lama fenomena santri tipologi mbah Sukardi. Sejak zaman hadratusy syekh sudah menyelinap di antara kerumunan santri. Hanya saja, kian ke mari santri yang khusus menekuni belajar ilmu hikmah semakin memudar.
Seingat saya, tahun 1970-an masih marak antar santri saling membandingkan dan bahkan bertukar menukar ilmu hikmah. Contoh kongkrit, adik saya almarhum Syafi' Abdurrahman Lc, menyimpan buku khusus yang berisi ilmu hikmah yang diperoleh dari sejumlah kiai. Di antaranya dari kiai yang kondang memberi ijazah, sebutlah misalnya mbah Ma'shum, kiai Shobari, kiai Syansuri Badawi, kiai Badjuri. Ini untuk menyebut sebagiannya.
Tak jarang dijumpai, santri saling berkunjung ke kamar masing masing, berbincang serius di depan kamar, barter aurad di serambi masjid dan bahkan ngobrol serius sembari makan di warung ditingkahi pembicaraan perkara ilmu hikmah. Aroma menyengat santri serius belajar ilmu hikmah biasanya datang dari mereka yang berasal dari daerah tapal kuda, Madura, Banyuwangi, Cirebon, Banten, Bawean dan pantura Jawa Tengah dan seterusnya.
Pemandangan mempraktekkan ilmu hikmah di era mbah Sukadi dan era saya di pesantren Tebuireng, tentunya sangat berbeda.Termasuk motif dan pemanfaatannya. Tak bisa dipungkiri, perbedaan itu sangat dipengaruhi oleh kondisi dan tantangan yang mengitarinya
PENGAWAL DAN MENGASUH GUS DUR
--Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (5)
Rupanya disadari betul oleh mbah Sukadi bahwa dirinya tipikal menolong, melindungi, menjaga. Selain cara pandang dan lingkungan. Kesadaran inilah agaknya yang mengantarkan sampai kepada pilihan yang mesti dijadikan fokus dan ditekuni di pesantren, adreng mendalami ilmu hikmah. Kearena ilmu hikmah bertali kelindan dengan ketiga peran itu.
Menurut mbah Sukadi, ada tiga santri dari Kebumen yang seangkatan nyantrinya di pesantren Tebuireng. Ketiganya pilihannya tafaqquh fiddin, mendalami ilmu agama. Lumrah, jamak dan ghalib jika mereka bertiga kelak menjadi kiai, mangku pesantren dan dikenal alim.
Satu di antara tiga santri Kebumen itu adalah kiai Nasicha dan sekaligus menjadi santri kepercayaan kiai Hasyim, pengasuh pesantren Salafiyah Wonoyoso dan pendiri Nahdatul Ulama Kebumen. Khabarnya, NU Kebumen berdiri tak lama setelah NU didirikan. Ini karena kiai Hasyim mewajibkan santrinya pulang dan mendirikan NU di daerahnya masing masing. Bisa dipahami mengapa NU berkembang begitu cepat.
Bisa dimengerti jika saat di dalem kiai Hasyim Asy'ari, mbah Sukadi tidak melulu sebagai santri yang berfungsi "khodimu hadratisy syekh", namun juga menjaga keluarga dalem. Termasuk mengasuh Gus Dur. Oleh mbah Sukadi Gus Dur digambarkan--tangannya memperakan gerakan--"banyak obah" atau super aktif. Bahkan, mengaku pontang panting dan kewalahan menjaga GD.
Bahkan, kesukaannya dan perhatiannya kepada ilmu hikmah yang demikian besar. Hal ini bertaut dengan keberadaannya dan perannya yang begitu penting sebagai pengawal non protokoler atau swasta yang mesti dibekali oleh ilmu hikmah. Lebih jauh lagi, tak cukup memungutnya dar pesantren Tebuireng, perlu menambahnya juga dengan berguru ke pasantren lain. Pernah mengecap dan berguru kepada syaechona Cholil Bangkalan--meski hanya seminggu--yang memang kondang memiliki ilmu linuwih.
Menariknya, serupa dengan perjalanan dari Kebumen ke Tebuireng yang ditempuhnya dengan berjalan kaki, kepergiannya dari Kebumen munuju Bangkalan Madura dilakoninya dengan berjalan kaki. Jika Kebumen-Tebuireng ditempuhnya selama tujuh hari, sementara Kebumen-Bangkalan menyita waktu sepuluh hari.
Cukup pepak investasi ilmu mbah Sukadi untuk melakoni perannya. Menurut cerita dari mulut ke mulut, mbah Sukadi "sakti" dan memiliki kemampuan bisa "menghilang". Dan, cerita ini paralel dan diperkuat oleh bacaan yang dikutipnya dari salah satu teks al Quran yang sempat terucap di hadapan saya.
Tak heran bila mbah Sukarni acapkali diminta jasanya untuk mengawal Soekarno, bahkan hingga sempat diminta mendampingi hingga Kongo, Afrika Tengah.
DAPAT UANG BERAPA ?
--Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (6)
Tiba tiba ada yang menyeruak dan bersuara kencang berteriak. "Dapat uang berapa, mempopulerkan tukang pijat ?", komentar bernada suudzon yang dialamatkan ke postingan serial mbah Sukadi murid kiai Hasyim Asy'ari yang saya upload di FB beberapa hari ini.
Dapat uang ? Betapa naif, tidak mendasar pada argumen yang kokoh dan sungguh sangat merendahkan tudingan itu. Apalagi, menimbang motif laku seseorang menakarnya dengan yang serba uang.
Padahal, mestinya justru kita yang malu. Alpa, keliru dan khilaf tak mengenali sosok yang seharusnya dihornati. Kita belajar, menimba ilmu dan pengalamannya. Karena ternyata, figur itu sangat penting. Murid kiai Hasyim dan juga syech cholil Bangkalan, dekat dan pernah berperan mengawal Soekarno.
Tentu saja, mbah Sukadi tak haus puja puji, sanjungan dan dilambungkan namanya agar tenar. Sehingga jangankan yang berjauhan, tak sedikit yang di lingkungannya tak memiliki informasi yang lengkap ihwal pribadinya. Yang dikenalnya, mbah Sukadi dengan embel embel predikat "tukang pijat". Tak heran selalu muncul ungkapan respon, "oh, mbah Sukadi tukang pijat".
Mbah Sukadi sendiri, tak pernah memamerkan siapa jati dirinya. Kecenderungannya, justru yang sejatinya sengaja disembunyikannya. Belakangan saja geger, ternyata mbah Sukadi murid kiai Hasyim Asy'ari, juga pernah menimba kaweruh kepada guru ulama nusantara, syech cholil Bangkalan. Bahkan, pengawal non protokoler Soekarno.
Rupanya, bagi mbah Sukadi tidak terlalu penting orang di sekitarnya atau orang lain mengenali betul siapa dirinya, berikut kelebihannya. Mengaca kepada kiai dan ulama terdahulu, justru meski memiliki ilmu dan kelebihan menjulang, selalu menyebutkan dirinya orang yang rendah dan tiada berpunya. Di akhir surat dan karyanya ditulis "al-haqir" atau "al-faqir".
Bukankah kita pernah membaca kisah sang sufi bergelimang harta, kaya raya, the have. Pada saat anaknya merajuk dan menuntut agar membangun rumahnya dari yang sangat sederhana menjadi megah. Sedikitpun tak kesulitan penuhi permintaan itu jika ayahnya berkehendak.Tapi apa jawaban yang keluar dari mulut ayahnya, "Kita tak butuh rumah megah dengan sekian kamarnya. Kelak kita tak membawa apa apa, hanya butuh rumah seluas liang Lahat".
Apalagi, karena yang jauh lebih utama apa yang ada dalam pandangan Allah, di mata Allah ('indallah).Tak mengapa misalnya bertubi tubi datang cercaan, hinaan, cacian yang datang dari manusia. Dalam pandangan Allah, ketaqwaan yang membuat seseorang bersematkan kemulyaan, "inna akramakum 'indallahi atqakum". Bukan yang dianggap terhormat menurut takaran manusia yang nisbi, relatif dan cenderung mengukurnya dari sudut yang kasat mata, pragma, materi
TIGA POTRET SANTRI KIAI HASYIM
--Sowan Murid Kiai Hasyim Asy'ari (7)
"Semua murid hadratusy syekh dadi wong.Tak terhitung yang menjadi kiai, ulama, tokoh, pejabat dan lainnya. Apa resepnya ? Simak kitab "Adab al-'Alim wa al-Muta'allim" yang menggambarkan konsep pendidikan kiai Hasyim", kata kiai Syuhada' Syarif.
Namun jika mendasar penuturan mbah Sukadi dan sejumlah narasi di berbagai buku yang membahas kiai Hasyim dan pesantren Tebuireng--dari sudut orientasi santri belajar di pesantren Tebuireng--ada tiga potret santri kiai Hasyim.
Tentu juga, merujuk dalam berbagai elaborasi dalam karya karya yang menulis tentang kiai Hasyim. Mulai tulisan Mohamnad Asad Shihab, Abu Bakar Atjeh, Lathiful Khuluq, Aguk Irawan hingga Zuhairi Misrawi.
Ada santri, yang entah dari dorongan dirinya sendiri, orang tua atau gurunya, memiliki motif yang kuat nyantri di pesantren Tebuireng semata mata tafaqquh fiddin. Mendalami ilmu agama agar kelak menjadi kiai atau orang yang alim. Potret santri seperti ini yang lakunya fokus mengaji dan "ngelakoni" lewat berbagai riyadhah agar mudah menerima dan ilmunya bermanfaat.
Kiai dan ulama alumni pesantren Tebuireng yang tersebar di nusantara adalah tipologi santri yang pertama itu. Mereka memilih menekuni ilmu agama secara sungguh sungguh, tidak tolah toleh, fokus dan selalu hanya memberi perhatian kepada tafaqquh fiddin.
Ada yang melulu ingin mendalami ilmu hikmah. Walau yang kedua ini tak sebanyak pertama. Daur kesantrian dari tipologi ini berputar dari mencari ke sana ke mari, tak hanya di lingkungan pesantren, namun juga "ngangsu" ilmu hikmahnya ke luar pesantren.
Tak tinggi tensi tafaqquh fiddin-nya. Bahkan, belajar kitab ala kadarnya. Ketekunannya dan waktunya dihabiskan untuk meresapi dan menghayati ilmu hikmah yang diekspresikan lewat kedekatannya dengan masjid, khususnya di malam hari, makam dan malam malamnya tiada tidur untuk penguasaan ilmu hikmahnya.
Sementara ada pula yang ketiga, konvergensi, tafaqquh fiddin dan sekaligus menekuni ilmu hikmah. Bagi santri model ketiga ini menganggap, jika ilmu agama dikuasai plus ilmu hikmah, maka akan menjadi santri dan alumni pesantren yang lengkap.

Disadari, kedalaman dan ketinggian ilmu agama dirasa kurang cukup pada saat hidup di tengah tengah masyarakat yang majemuk. Dalam hal hal tertentu, kemampuan di bidang ilmu hikmah besar maknanya. Ilmu hikmah sebagai penyangga bakal melempangkan jalan dalam beramar ma'ruf dan nahi mungkar

QARIN, JIN PENDAMPING MANUSIA

QARIN, JIN PENDAMPING MANUSIA

QARIN (
قرين) adalah jin yang diciptakan oleh Allah sebagai pendamping atau kembaran setiap manusia. Setiap anak manusia yg lahir ke dunia lahir beserta qarinnya sendiri, tak terkecuali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Hanya saja qarin Rasulullah itu Muslim, sedang yg lain-lainnya kafir. Dlm sebuah hadits riwayat lmam Ahmad dan lbn Hibban dari Abdullah ibn Mas'ud radhiyallahu anhu Rasulullah bersabda:
"Tiadalah seorang pun di antara kalian kecuali pasti disertai qarin dari bangsa jin". Para Sahabat bertanya: "Engkau juga, hai Rasulullah?" Beliau menjawab: "lya, aku juga, tetapi Allah telah membantu aku sehingga aku dpt mengislamkannya dan dia hanya menyuruhku berbuat yg baik-baik saja".

Pada umumnya qarin kafir ini mendorong dampingannya berbuat keji. Dialah yg membisikkan kewaswasan, membuatnya lalai beribadah shalat, membaca al-Quran dan sebagainya.
Allah berfirman:
ومن يكن الشيطان له قرينا فساء قرينا
"Barangsiapa yg syetan adalah pendampingnya maka itu adalah seburuk-buruk pendamping".

Untuk mengimbangi rongrongan qarin itu, Allah utus untuknya malaikat yg selalu membisikkan kebenaran dan mendorong berbuat baik. Lalu org yg bersangkutan dg akalnya mempertimbangkan akan tunduk pd bisikan qarin atau malaikat.

Seorang Muslim yg taat mampu menguasai qarinnya dan membuatnya tak berdaya, yaitu dg memulai setiap pekerjaan yg baik dg basmalah, banyak berzikir, membaca al-Quran dan mempertahankan komitmen utk selalu berbuat baik. Dg begitu dia akan berusaha keras memerangi hawa nafsunya dan menanggalan sifat-sifat tercela. Sejak di sorga, Allah telah berfirman kpd lblis sbg jwbn atas sesumbarnya utk menyesatkan anak-cucu Adam:
إن عبادي ليس لك عليهم سلطان إلا من اتبعك من الغاوين
"Hamba-hamba-Ku tak mungkin engkau kuasai kecuali orang-orang yg (memang bersedia) mengikutimu".

Menurut para ulama, jin ini bukanlah dari kalangan jin biasa. Dia jin yg ditugaskan secara khusus utk menyesatkan dampingannya dg menghiasi hal-hal yg buruk shg tampak baik. Jin ini dilahirkan bersama-sama manusia dan akan menyertainya sepanjang hidupnya. Tetapi dia tidak mati saat manusia dampingannya meninggal dunia, karena Allah telah menakdirkan dia hidup hingga menjelang hari kiamat. Kelak di akhirat kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili. Tetapi, celakanya, qarin malah berlepas tangan dari dampingannya dan tidak bertanggungjawab atas kesesatan atau kedurhakaannya.

Semoga bermanfaat.!
Mari berbagi kebaikan...
#share ya sahabat fillah

Ukhty Jangan Cukur Alismu! Ini alasannya...

HARAM UNTUK DILAKUKAN!!!

Banyak sekali WANITA terjebak {Bertentangan}
dengan Syariat Islam hanya tujuan nya untuk mempercantik diri,, agar bisa dinikmati {Di lihat} orang banyak bahkan yang bukan Mahrom nya.

Salah satunya mencukur Alis,, di pesta pesta perNIKAHAN selalu kita jumpai.. Sebagian besar budaya {Tradisi} Bangsa kita untuk merias penganten agar mempelai Wanita nya terlihat CANTIK,, bisa di lihat orang banyak mereka melupakan aturan Agama nya sendiri.

Makna pernikahan bukan situ Ukhty

Padahal sesungguhnya perbuatan mencukur alis ini adalah salah satu perbuatan yang dilarang dan diharamkan dalam Syariat Islam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Rassullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menghilangkan bulu alis dan yang meminta dihilangkan bulu alisnya.” (HR. Abu Dawud, dan terdapat hadits pendukung yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari & Muslim)

Menghilangkan bulu alis maksudnya adalah mencabut bulu alis atau mencukur bulu alis atau mengerik bulu alis, dan bisa saja dilakukan sendiri baik itu sebagian maupun seluruhnya, dengan alat ataupun dengan tanpa alat. Perbuatan menghilangkan bulu alis ini termasuk perbuatan merubah ciptaan Allah. Karena itu hendaknya setiap wanita menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Namun bila seorang wanita menemukan rambut atau bulu yang seharusnya tidak tumbuh pada wajah seorang wanita, seperti kumis dan jenggot, maka ia boleh menghilangkannya karena kumis dan jenggot tadi dapat memberikan mudharat dan memperburuk rupanya.

Kodrat seorang wanita adalah ingin selalu tampil cantik, namun tampil cantiknya seorang wanita haruslah dalam koridor syariat. Dimana kecantikan seorang wanita adalah hak suaminya, dan hanya boleh dilihat oleh orang-orang yang menjadi mahramnya. Dan seorang wanita mukminah adalah wanita yang selalu menjaga kehormatan dirinya dan menjaga hak-hak suaminya

SEMOGA BERMANFAAT #Bagikan

PESAN RASULULLAH SAW SEBELUM WAFAT

PESAN RASULULLAH SAW SEBELUM WAFAT

Sebelum malaikat Izrail diperintah Allah SWT untuk mencabut nyawa Nabi Muhammad, Allah berpesan kepada malaikat Jibril
“Hai Jibril, jika kekasih-Ku menolaknya, laranglah Izrail melakukan tugasnya!” Sungguh berharganya manusia yang satu ini yang tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Di rumah Nabi Muhammad SAW, Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
“Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk sambil berkata, “Maafkanlah, ayahku sedang demam” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian Fatimah kembali menemani Nabi Muhammad SAW yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”. “Tak tahulah ayahku, sepertinya orang baru, karena baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah wahai anakku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut pun datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah SWT dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata malaikat Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya malaikat ibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar bahwa Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya” kata malaikat Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya malaikat Izrail melakukan tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, TIMPAKAN SAJA SEMUA SIKSA MAUT INI KEPADAKU, JANGAN PADA UMATKU”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)”. Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii! (Umatku, umatku, umatku)”. Dan, berakhirlah hidup manusia yang paling mulia yang memberi sinaran itu.
Menurut jumhur ulama sebagian Sakitnya Sakarotulmaut Seluruh umat Nabi muhammad sudah dilimpahkan kepada Sayyidina muhammad....
Betapa mendalam cinta Rasulullah kepada kita ummatnya, bahkan diakhir kehidupannya hanya kita yang ada dalam fikirannya. Sakitnya sakaratul maut itu tetapi sedikit sekali kita mengingatnya bahkan untuk sekedar menyebut Mengagungkan Pangilan Nabinya.
Allahumma sholli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'ala ali Sayyidina Muhammad....
Mudah2an kita termasuk ummatnya yg nanti di hari kiamat akan mendapatkan syafaat baginda Rosulullah SAW.
Aamiin.
Yang like, komentar dan share status ini, Semoga kelak akan berkumpul bersama Rasulullah dan mendapatkan aliran syafa'at dari Baginda kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Amiin...

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad......

5 perkara orang Islam patut tahu

[BACA PELAN-PELAN DENGAN SEKSAMA]

https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f40/1/16/1f4a5.png💥 5 perkara orang Islam patut tahu berkenaan dengan kesehatan.
Al-Quran ada mengajar kita menjaga kesehatan dengan membuat amalan seperti berikut :

https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f49/1/16/1f320.png🌠 1. Mandi pagi sebelum subuh atau sekurang-kurangnya sejam sebelum matahari naik. Air sejuk yang meresap ke dalam badan bisa mengurangkan lemak yg terkumpul. Kita bisa lihat orang yg mengamal mandi pagi kebanyakan badan nya tidak gemuk.

2. Rasulullah SAW mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya, Insya Allah jauh dari penyakit (susah kena penyakit).

https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f49/1/16/1f320.png🌠 3. Waktu sholat Subuh disunatkan kita bertafakur (yaitu sujud sekurang kurangnya semenit selepas membaca doa).
Ia bisa mengelak dari sakit pening atau migrain.
Ini terbukti oleh para saintis yg membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud.
Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yang tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir ke ruang tersebut.

https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f6e/1/16/1f413.png🐓 4. Dalam kitab juga ada melarang kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut.
Nabi pernah mencegah kita makan ikan bersama ayam. Dikhawatirkan akan cepat mendapat penyakit.
Ini terbukti oleh saintis yang menemukan dimana dalam badan ayam mengandungi ion + ve, manakala dalam ikan mengandung ion-ve, jika dalam suapan ayam bercampur dengan ikan maka terjadi tindak balas biokimia yang terhasil yg bisa merusak USUS kita.
Orang yahudi suka memakan ikan tanpa bercampur dengan makanan bercampur ayam.

5. Nabi juga mengajar kita makan dengan tangan kanan dan bila habis hendaklah menjilat jari.
Begitu juga ahli sains telah menemukan bahwa ENZYME banyak terkandung di celah jari, yaitu 10 kali lipat terdapat dalam air liur. (Enzyme sejenis alat percerna makanan, tanpanya makanan tidak terurai).
Sabda Nabi SAW, Ilmu itu milik Allah, barangsiapa menyebarkan ilmu demi kebaikkan Insya Allah, Allah akan menggandakan 10 kali lipat kepadanya.
Cara senang utk dapatkan pahala walaupun sesudah mati,,,:
https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f55/1/16/1f607.png😇 Pasang kipas di surau/masjid
walaupun 1, setiap kali orang pakai, anda dpt pahala walau sesudah mati. Derma kursi roda di RS, setiap kali pasien gunakan, anda akan dpt pahala. Beri baju kpd orang , setiap kali
org pakai , anda dpt pahala. Beri makanan kpd org , anda
dpt pahala selagi makanan itu mnjadi darah daging nya.
https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f49/1/16/1f4da.png📚 Menyampaikan ilmu yg bermanfaat, selagi mereka mengamalkan pahala anda tetap ada.
https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f83/1/16/1f60e.png😎 Berbagi pesan ini kpd orang banyak https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fcb/1/16/1f468_200d_1f469_200d_1f466.png👪. Walaupun 1 tolong
bagikan kpd org, anda akn dpt pahala sbb anda telah berdakwah
utk sampaikan ilmu.
Insya Allah yg penting keikhlasan karena Allah semata ...

7 kalimat yg harus di biasakan..
1.BismIllahirrahmannirrahim-Setiap hendak melakukan sesuatu.
2.AlhamdulIllah-Setiap habis melakukan sesuatu.
3.AstagafirUllah-Jika melakukan sesuatu yg buruk.
4.InsyaAllah-Jika ingin melakukan sesuatu pada masa yg akan dtg.
5.Laa hawla walaaquwwata illaa billaah-Bila tidak dpt melakukan sesuatu yg agak berat/melihat hal yg buruk.
6.Innalillahi wainna ilaihi rojiun-Jika melihat/menghadapi musibah atau menerima kabar kematian.
7.Lailaha illAllah-Bacalah siang dan malam sebanyak-banyaknya.

https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f40/1/16/1f4a5.pngAda 2 pilihan utk anda :
1. Biarkan saja tulisan ini tanpa bermanfaat utk org lain.
atau
2. Anda sebarkan kepada semua kenalan anda. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yg menyampaikan ilmu saja dan ada org yg mengamalkannya, maka walaupun yg menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala..
Amiiin yaa Robbal alamin...

SUBHANALLAH..!
Klik 'Suka' dan komentar Aamiin
Semoga yang berkomentar Aamiin wafatnya khusnul khatimah. Aamiin

Tuesday, August 1, 2017

"Mencari Teman"

NGAJI ALALA BAG 3

عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ # فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِيْ
--
Pada 
#NgajiKitabAlala hari ini, kita akan membahas mengenai "Mencari Teman" yang disyi'irkan pada bait #3. Pembahasan hari ini masih sangat berkaitan dengan pembahasan sebelumnya. Terutama bagi pencari ilmu, teman akan sangat berpengaruh terhadap proses pencarian ilmu itu sendiri.
--
Karna dalam mencari ilmu peran teman dan lingkungan sangat berpengaruh dalam keberhasilan dan kegagalan santri menggapai cita-citanya, tidak sedikit santri yang berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah pergaulan. Maka kita harus pandai-pandai mencari teman bergaul. Teman yang baik bukan teman yang selalu menuruti keinginan kita, tapi teman yang baik adalah teman yang mau menunjukkan jalan benar ketika kita  salah. Pertemanan dan pergaulan memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk membuat seseorang menjadi baik maupun buruk. Persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang yang saleh dan berbudi membawa manfaat, sedangkan persahabatan dan pertemanan dengan orang-orang yang fasik dan durhaka membawa bahaya. Hanya saja manfaat persahabatan dengan orang saleh atau bahaya pergaulan dengan pendurhaka tersebut terkadang tidak tampak secara langsung, akan tetapi secara bertahap dan setelah berlangsung lama.
--
"Permisalan teman duduk yang baik adalah seperti penjual parfum misk (parfum yang paling mahal dan harum). Bisa jadi dia memberimu, atau engkau membeli parfumnya, atau engkau mencium keharuman parfumnya. Sedangkan permisalan teman duduk yang buruk adalah seperti pandai besi. Bisa jadi dia membakar pakaianmu, atau engkau akan mencium aroma busuk darinya.”
--
Bait syair diatas sama halnya dengan sebuah maqolah yang berbunyi "Teman itu layaknya cermin, jika engkau ingin mengetahui dirimu, lihatlah dengan siapa engkau berteman".
--
Lalu bagaimana sikap kita dalam mencari teman?
--
InsyaAllah pembahasan ini masih akan terus berlanjut. Nantikan. 😊

-- Tag temen kamilu biar ikut ngaji yukk... insya allah berkah

#NgajiKitabAlala

"Syarat-syarat Mencari Ilmu"


ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ
زَمَانٍ
--
Pada 
#NgajiKitabAlala hari ini, kita akan kupas bait #2 mengenai "Syarat-syarat Mencari Ilmu". Terdapat 6 syarat yang harus dipenuhi pencari ilmu dalam rangka mencapai kebermanfaatan ilmu, yaitu:
--
1. Cerdas; artinya kemampuan untuk menangkap ilmu. Bukan berarti IQ harus tinggi, walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, perlu diingat  bahwa kecerdasan  adalah laksana pedang, semakin sering diasah dan dipergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam. Adapun bila didiamkan maka akan berjarat dan tumpul..begitu pula akal, semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila dibiarkan maka akan  tumpul, tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga.
--
2. Semangat; artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan. Mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa, apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa didapatkan. Karena mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin dihafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal. Maka dari itu diperlukan istiqomah (kontinyu) dan berulang karena tabiat manusia itu LUPA.
--
3. Sabar; artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu. Orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya. Syetan sangat membenci pada mereka, apa yang dikehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu, tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan. Oleh karena itu, kesabaran adalah sebuah keniscayaan bagi para pencari ilmu.
--
[LANJUT DI KOLOM KOMENTAR]
--
Semoga kita termasuk yang Allah mampukan untuk memenuhi syarat-syarat tersebut. Aamiin allahumma aamiin....


NGAJI ALALA

NGAJI ALALA
_ اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
--
Bagi para pencari ilmu, tiada lain tiada bukan hanya mengharapkan kebermanfaatan ilmu yang didapatkan. Ilmu yang bermanfaat akan menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwaan tersebut adalah manifestasi dari proses pencarian ilmu itu sendiri.
--

Proses mencari ilmu bukanlah proses yang instan. Bukanlah proses yang tanpa perjuangan. Dalam #NgajiKitabAlala ini pada bait #1 kita diingatkan bahwa: "Ingatlah, tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang bermanfaat kecuali dengan 6 syarat." -- Jadi kalo dalam proses mencari ilmu , satu dari 6 sarat ada yang kurang maka sulit kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.




Perintah Merantau

مَا فِي المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ مِنْ رَاحَةٍ فَدعِ الأَوْطَانَ واغْتَرِب
.

سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
.
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءَ يُفْسِدُهُ إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
.
وَالأُسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ وَالسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبْ
.
وَالشَّمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي الفُلْكِ دَائِمَةً لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنَ عَرَبِ
.
وَالتُرْبُ كَالتُرْبِ مُلْقًى فِي أَمَاكِنِهِ وَالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنْ الحَطَبِ
.
فَإِنْ تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ مَطْلُبُهُ وَإِنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَبِ
.
Merantaulah…- Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).#
.
Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
.
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.
.
Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa.
.
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran.
.
Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
.

Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
.
Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni. 
Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang) (Diwan Imam Syafi'i) .

Tinggalkan dulu..!

" Meskipun ada perempuan, Pipinya bercahaya, karena saking cantiknya, bagaikan rembulan dimalam purnama. Tinggalkan dulu... Karena kalian semua sedang mencari ilmu "

Dawuh Romo Yai Anwar dalam pengajian ramadhan kemarin.

Ngestoaken dawuh beliau, semoga santri lirboyo kuat menahan rintangan, tahan banting di setiap menghadapi cobaan. Semoga meraih ilmu yang barokah nan manfaat. 
#serambilirboyo #lirboyo

Sunday, July 30, 2017

BIOGRAFI KH. MUHAMMAD SANUSI



BIOGRAFI KH. MUHAMMAD SANUSI

KH. Muhammad Sanusi, atau masyhur dengan panggilan Embah sanusi, merupakan kiai kharismatik bumi pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang terkenal akan kedisiplinan dan keistiqomahannya, juga terkenal sebagai kiai yang tawadlu', Embah yang pada masa kecilnya bernama Markab lahir di Desa Winduhaji Kabupaten Kuningan Jawa Barat, pada malam Jum'at 14 Rabi'ul Awwal 1322 H. (12 Januari 1904 M.). Embah merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara yang lahir setelah 12 bulan berada dalam kandungan ibunda beliau, Ny. Asnita binti Kuwu K. Kauri (Saceperwata), yang menikah dengan K. Agus Ma’ani bin Aki Natakariya bin K. Asmaludin. Pada usia 10 tahun Embah bersekolah di Sekolah Rakyat(SR) Desa Ciporang,yakni sebuah desa di sebelah timur Desa Winduhaji. Dan bila waktu sore tiba, melanjutkan belajarnya dengan mengaji di Pesantren Kiai Ghazali,Cikedung. Beliau lakukan rutinitas tersebut hingga pada 10 Juli 1915 menerima Surat Tanda Tamat Belajar(STTB) dari SR dengan meraih peringkat satu. Dari SR, melanjutkan belajarnya di Sekolah Dinas (Sekolah Calon Birokrat) di Kuningan. Di Sekolah ini kendati beliau tidak mahir dalam bernyanyi, namun bakat tulis-menulisnya mulai muncul, itu beliau buktikan dengan memenangkan kejuaraan Komponis atau Penulis Lagu Terbaik. Pada 1919, Embah mulai mesantren kepada Kiai Damanhuri Pakebon. Setelah enam bulan menggali ilmu Agama Allah di Pesantren Kiai Damanhuri, melanjutkan ke Kiai Zen di Pondok Pesantren Sarajaya Karangsembung Sindanglaut, Cirebon. Usia Embah baru menginjak 15 tahun. Tatkal tengah khusyu’ mengaji, yang pada saat itu Embah mendapatkan didikan khusus, sebab memperoleh kamar yang juga ditempati oleh Kiainya, sehingga secara langsung bisa meneladani segala perilaku terpuji yang Kiai teladankan,beliau mendapat kabar bahwa Ny. Asnita, ibunda tercinta sedang sakit dan beliau disuruh pulang. Padahal, baru setengah tahun Embah mesantren. Tekunnya beliau dalam mengaji, hingga ibundanya sakit pun enggan untuk meninggalkan pesantren. Akhirnya, setelah tiga kali diberi tahu, beliau dijemput paksa oleh saudaranya, Bapak Kerta Adiwangsa. Itu pun Embah masih mempertimbangkan antara pulang dan tetap di pesantren, yang kemudian beliau memohon izin dan pertimbangan kepada Kiai Zen. Dan akhirnya Kiai menyuruhnya untuk pulang, sebab masalah panjang pendeknya umur tiada yang tahu, soal mengaji bisa disusul(ditambal, istilah pesantren untuk mengejar ketertinggala). Beliau punpulang, menemui ibunda tercinta. Setelah beberapa hari berada di Winduhaji, benar saja ibunda beliau pulang ke haribaan Allah SWT. Duka ditinggalkan ibunda tercinta, bagi Embah bukan penghalang untuk terus menggali keilmuan. Maka, tiga hari setelah bepulangnya ibunda tercinta, beliau berangkat lagi ke Sarajaya.


Semakin tinggi ilmu dan keimanan seseorang, semakin besar ujian menghadang.
Itulah pepatah yang mewakili pengembaraan Embah dalam menuntut ilmu, sebab rintangan dan godaan yang beliau hadapi semakin bertambah. Antara lain, adanya seorang santri asal Brebes yang selalu mengancam keselamatan beliau, juga datangnya penyakit kulit yang menjijikan, mengakibatkan beliau dijauhi oleh sesama santri yang lain. Sehingga, kamar Embah terpaksa harus dipisahkan, yaitu menempati langit-langit kamar. Juga, bila pengajian dimulai Embah tidak bersama santri yang lain, namun berada di kolong Masjid.
Mendengar Embah yang demikian itu, ayahandanya menyuruh Embah untuk pulang. Namun, Embah bersikukuh tidak mau pulang. Embah berkeyakinan bahwa penyakit ini hanyalah cobaan belaka yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan tawakkal. Setelah cukup lama menuntut ilmu di Pesantren Sarajaya dan di anggap mumpuni dalam bidang mengaji khususnya, Kiai memanggil Embah dan mengatakan bahwa saudaranya yang bernama H. Ma’ruf telah berulang kali datang meminta Embah untuk menjadi menantunya. Hingga akhirnya Embah menuruti kehendak Kiai, yakni menikah dengan Ny. Qona’ah putri H. Ma’ruf, sebagai wujud sam’an wa tha’atan Embah pada Kiai, juga atas izin dan restu orang tuanya.
Tidak berhenti sampai di situ pengembaraan Embah dalam menggali dan (turut) menghidupkan keilmuan Agama Allah SWT. Maka, atas restu dan keikhlasan istri dan mertua, Embah melanjutkan pengembaraannya ke Pesantren Cikalong, Tasikmalaya. Begitu besar semangat Embah dalam menuntut ilmu hingga rela meninggalkan sang istri, dan atas kehendak Allah pula, untuk lebih thuma’ninah dalam mengaji, akhirnya Embah harus berpisah dengan Ny. Qona’ah, istrinya. Embah bercerai. Pada Rabu, 4 Sya’ban 1341 H. (1922 M.), Embah pindah mesantren ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Jumlah santri kala itu baru ada 60 orang dengan Lurah Pondok oleh K. Nawawi dari Pinangraja, Majalengka. Sedang Pengasuh Pondoknya adalah KH. Ismail bin KH.Adra’I, KH.Dawud, KH.Muhammad (cucu KH.Adra’i), dan KH.Amin Sepuh (buyut KH.Adra’i) yang saat itu baru mempunya 2 orang putera, yaitu Ma’sum (3 tahun) dan Fathoni (1 tahun).
Karena di anggap banyak ide dan inisiatif, Embah mendapat kepercayaan dari Kiai untuk Menjadi Lurah Pondok. Sebabnya dalam suasan Pondok Pesantren Babakan kala itu begitu kumuh, terlalu bebas dan padat (karena satu kamar kadang-kadang dihuni oleh 15-20 santri). Untuk itu, atas izin Kiai, Embah mulai ikut serta membenahi dengan cara mengatur kebersihan pondok – membuat jadwal piket jaga/menyapu, membuat peraturan mengenai tugas-tugas tukang lampu/juru kunci pintu pesantren/petugas kebersihan kamar mandi/WC, membuat tata tertib (kewajiban, larangan serta berbagai sangsi-sangsinya), serta mengadakan pemerataan hunian asrama santri.
Pada Senin 10 Syawal 1344 H. (1926 M.) Embah dinikahkan dengan Ny. Hj. Sa’adah binti KH. Ali bin K. Masinah, janda K. Halif (dari Desa Lontang Jaya) yang sudah mempunya seorang putra yaitu K. Athaillah. Ny. Sa’adah adalah kakak ipar Kiai sendiri. Walau secara status keluarga, Embah adalah saudara tua, tapi karena ta’dhim kepada guru, maka Kiailah yang dianggap/disebut Kiai Sepuh (tua), sedang Embah di kemudian hari, dikenal dengan sebutan Kiai Anom (muda).
Dua Perintah Sembilan Larangan Embah
Dalam pengabdiannya untuk agam, bangsa dan Negara, Embah terkenal sebagai sosok Kiai yang kharismatik, tawadlu’ dan istiqamah. Dahulu, ketika datang waktu sore hari banyak santri yang memanfaatkan waktunya untuk berolah raga, seperti main bola volley atau sepak bola, yang kadang-kadang berdampak negatif. Karena asiknya bermain, lalu kebablasan, akibatnya banyak santri yang tidak bisa mengikuti shalat maghrib berjama’ah. Kalau kebetulan santri sedang bermain, tiba-tiba dari kejauhan terlihat Embah berjalan mendekatinya, maka tanpa di komando lagi para santri lari berhamburan mencari tempat persembunyian. Karena, mereka tahu betul bahwa hal seperti itu sangat tidak disukai oleh Embah. Bahkan, ada pemeo yang mengatakan bahwa mendengar “batuk”-nya Embah saja, santri yang melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh Embah, akan lari terbirit-birit. Itulah, betapa Embah memiliki kharisma.
Walaupun demikian kharismatiknya, namun sifat tawadlu’ Embah patut diacungi jempol dan dijadikan uswah hasanah, seperti kepada seniornya KH. Amin Sepuh. Setiap kali berjama’ah shalat fardlu ataupun pada kesempatan lain, jika kebetulan bersama, Embah pasti selalu saja berada di belakang beliau, tidak pernah mendahuluinya. Bahkan, bukan hanya orangnya, tapi sandalnya jika kebetulan berada pada tempat yang sama, tidak pernah berada di depan sandal Kiai. Ini dilakuakn selama hayatnya (thul al-hayat).
Menurut KH. Abdul Syakur Yasin (Cadangpinggan, Indramayu) bahwa Pondok Pesantren Babakan besar diantaranya karena Embah Sanusui, dan Embah Sanusui besar karena istiqamah. Istiqamah di segala bidang. Seperti dalam berjama’ah, kendati pun Embah sedang bertamu di luar daerah, bila sudah mendekati waktu shalat, Embah pasti akan minta izin pulang supaya bisa shalat berjama’ah bersama santri. Sebelum memulai shalat berjama’ah, biasanya Embah memberi aba-aba: “rapet, lempeng”, artinya rapatkan dan luruskan shaf/barisan supaya tidak disusupi oleh setan.
Nasihat Embah kepada para santri, anak-anak, maupun kepada cucu-cucunya, yaitu: “ornag yang sedang mencari ilmu, apabila ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, harus menjalani aturan-aturannya, supaya mendapat ridla dari Allah SWT. Serta mendapat do’a dan berkah dari Ulama Shalihin, untuk itu harus”wekel ngaji lan jama’ah”. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu supaya cepat pandai. Tekun berjama’ah supaya benar kelakuannya (dua perintah).
Setelah pandai dan benar kelakuannya, baru dinamakan orang yang shalih mendapat anugerah selamat, bahagia dunia dan mulia bagi diri sampai anak cucunya. Arti Selamat ialah tidak di siksa baik di dunia maupun di akhirat. Bahagia berarti segala yang dicita-citakan akan tercapai dan mulia berarti tidak di hina orang bahkan sebaliknya, akan disegani dan dihormati. Larangan-larangan orang yang sedang mencari ilmu ada 9 (Sembilan), yaitu:
1. Aja olok jajan (jangan boros jajan). Belanja harus dibatasi, jangan menuruti hawa afsu. Karena jika dituruti akan berdampak orang tua tidak mampu lagi untuk membekalinya, sehingga berefek drop out belajarnya.


2. Aja doyan turu (jangan banyak tidur). Karena akan berakibat hatinya keras dan otaknya tumpul. Waktu tidur sehari semalam harus diatur, paling banyak 6 jam, yaitu dari pukul 22.00 s.d.04.00.


3. Aja lok plesiran (jangan suka rekreasi). Karena akan mengakibatkan hatinya beku tidak ingin pandai.


4. Aja sok nonton (jangan suka nonton). Sekalipun tontonan kecil, karena tontonan itu kesenangan hawa nafsu, kalau dituruti akan lupa pada belajar.


5. Aja lok melu bal (jangan suka ikut maen bola). Juga hal yang serupa dengan itu, akibatnya akan selalu ketinggalan mengaji dan berjama'ah.


6. Aja lok jambulan lan tinggal topong (jangan memelihara rambut dan menanggalkan kopiah). Karena hukumnya makruh, akibatnya sifat kekanak-kanakannya akan terbawa sampai usia senja, karena apabila rambut sudah sekira 5 cm, harus segera dicukur.


7. Aja lok ngenggo serowal pokek (jangan suka memakai celana pendek). Karena nanti akan merasa seperti anak-anak, akibatnya tidak punya rasa malu.


8. Aja sering balik (jangan sering pulang). Akibatnya tidak betah tinggal dipesantren. Pulang diizinkan minimal 6 bulan sekali.


9. Aja ngalih/boyong yen durung pinter (jangan pindah/pulang sebelum pandai). Minimal dalam satu pesantren 7 tahun, apabila kurang dari itu, kurang bisa dipertanggung jawabkan hasiln ya.


Contohnya: Orang yang sedang menggali sumur. Jika baru satu-dua meter pindah, tentu tidak akan mendapatkan air. Bahkan sepuluh kali pindahan air tidak akan keluar . Begitupun dalam m,encari ilmu, tekuni dan bersabar, jangan pindah-pindah sebelum berhasil.


Wallaahu Almuwaffiq Illaa Aqwaamith Thaariq.

Janji Allah Bagi Orang Yang Menikah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Diantara janji Allah bagi orang yang menikah, Allah janjikan kecukupan untuk me...