IJAZAH
BAHASA JAWA DARI NABI KHIDHIR
Mengenai
doa dengan bahasa daerah setempat, KH. Idris Marzuqi Lirboyo pernah berkata:
“Kowe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora
ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen.
Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidhir. Nabi
Khidhir yen ketemu wali Jowo ngijazahi dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali
Meduro nganggo boso Meduro.”
(Kamu
kalau menerima doa bahasa Jawa dari kiai, mantapkan
dirimu. Para kiai tidak mengarang sendiri (doa tersebut). Para kiai menerima
doa-doa Jawa dari wali-wali terdahulu. Wali menerima ijazah doa Jawa dari Nabi
Khidhir. Nabi Khidhir kalau bertemu wali Jawa mengijazahi doa pakai bahasa
Jawa, bertemu wali Madura pakai bahasa Madura).
-------------------
Ada
kisah unik mengenai doa bahasa Jawa ini. Suatu ketika di Tanah Arab terjadi
kekeringan, lama sekali tidak turun hujan. Mengatasi masalah ini, Raja Hijaz
mendatangkan ulama-ulama Makkah dan Madinah, mereka dimintakan doa di depan
Ka’bah agar hujan turun segera. Usai seluruh ulama berdoa, hujan tak kunjung
turun, malah semakin panas hingga beberapa bulan. Raja Hijaz pun tiba-tiba
ingat ada satu ulama yang belum diundang untuk dimintai doa.
Dicarilah
ulama tersebut, setelah ketemu, ternyata perawakan ulama tersebut pendek, kecil
dan kulitnya hitam. Ulama tersebut bernama Syaikh Nawawi bin Umar Tanara
al-Bantani al-Jawi. beliau ahli bahasa Arab dan mempunyai karya 40 judul lebih,
semuanya berbahasa Arab.
Kemudian,
ulama asal dusun Tanara, Tirtayasa, Banten tersebut berangkat berdoa meminta
hujan kepada Allah Swt. di depan Ka’bah. Anehnya, meski Syaikh Nawawi Banten
mampu berbahasa Arab dengan fasih, di depan Ka’bah beliau berdoa meminta hujan
dengan memakai bahasa Jawa. Para ulama Makkah dan Madinah yang berdiri di
belakangnya menyadongkan tangan sambil berkata “Amin”. Mbah Nawawi berdoa: “Ya
Allah, sampun dangu mboten jawoh, kawulo nyuwun jawoh.” (Ya Allah, sudah lama
tidak hujan, saya minta segera turun hujan).
Seketika
hujan pun turun. Yang berdoa berbahasa Arab dengan fasihnya tidak mujarab,
sedangkan dengan bahasa Jawa malah justru ampuh.
No comments:
Post a Comment