Friday, July 21, 2017

Ringkasan Kitab Tijan Durori



Ringkasan Kitab Tijan Durori
Oleh Ustadz Nasiruddin MM


Kitab Tijan Durori adalah salah satu karya Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani yang merupakan syarah (penjelasan) bagi kitab Risalah Fi Ilmi Tauhid karya Imam Ibrohim Al-Bajuri yang telah disepakati oleh para ulama khususnya di Indonesia sebagai kajian utama Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam mempelajari ilmu tauhid. Dalam kitab ini menggunakan kalimat yang simpel dan mudah dipahami dalam penulisannya, sehingga lebih memudahkan para santri dalam mempelajari dan memahami makna dalam kitab ini. Kitab Tijan Durori sendiri menjadi salah satu materi pembelajaran tauhid tingkat dasar diberbagai pondok pesantren di Indonesia. Isinya yang sengaja dibuat ringkas dan ringan bertujuan agar setiap lapisan masyarakat dapat memahaminya dengan mudah, mengingat akidah adalah penentu utama dalam kehidupan beragama.
Nama Imam Ibrohim Al-Bajuri merupakan nama yang tak asing lagi dikalangan para pelajar mazhab Syafi’i. Hal ini karena salah satu kitab fiqih yang menjadi kurikulum di pondok pesantren Indonesia adalah Hasyiyah Al-Bajuri syarah dari Matan Ghoyah Wat Taqrib. Nama beliau adalah Burhanuddin Ibrohim Al-Bajuri bin Syiekh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau dilahirkan di desa Bajur dari Provinsi al-Munufiyah Mesir tepat pada tahun 1198 H/1783 M. Sejak kecil beliau telah hidup dalam kalangan orang shaleh karena orang tua beliau juga merupakan seorang ulama yang alim dan sholeh. Tahun 1212 H beliau berangkat ke al-azhar untuk mengambil ilmu dari para syeikh-syeikh di Universitas tertua tersebut. Pada tahun 1213 H/1798 M Perancis telah menduduki Mesir sehingga membuat beliau keluar dari al-Azhar dan tinggal di Jizah selam beberapa tahun, dan akhirnya kembali lagi ke al-azhar pada tahun 1216 H/1801 M setelah Perancis keluar dari Mesir.
Setelah Imam Al-Bajuri mendapatkan ilmu yang banyak dari para gurunya pada akhirnya beliau diangkat menjadi seorang tenaga pendidik di al-azhar as-syarif, dengan tekun dan keikhlasanna memulai kehidupannya dengan mengajar dan belajar, hingga pada akhirnya beliau mendapat posisi yang tinggi di al-azhar, pada tahun 1263 H/1847 M beliau diangkat menjadi Syeikhul al-azhar ke-19 menggantikan Syeikh Ahmad Al-Shafti yang telah meninggal. Pada saat itu pemimpin Mesir Abbas 1 beberapa mengikuti pengajian beliau di al-azhar dan mencium tangan beliau.
Pada masa hidupnya beliau berkembang begitu pesat, tidak berbeda dengan masa-masa pemerintahan Mamalik yang menebarkan manhaj Asy’ariyah, begitu juga pada masa al-ayubiyah dari masa pemerintahan Sholahudin al-ayubi sampai hilangnya alayubiyah dan bertukar menjadi pemerintahan Mamalik. Madzhab Asyariyah merupakan madzhab ahlus sunnah wal jamaah yang berkembang dari negeri barat di daerah Maroko sampai negeri Indonesia, pada masa Ibrohim al-bajuri sudah mulai terdengar dan hidup madzhab yang berbeda dari madzhab ahlus sunnah waljamaah, yaitu mazhab wahabi di bahagian timur negeri Hijaz, ketika itu mereka belum dapat menguasai  semenanjung arab, aqidah mereka sangat bertentangan dengan mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang di bawah oleh ulam-ulama terdahulu.
Mereka berpendapat ulama-ulama Ahlus sunnah waljamaah yang bermanhaj Asy’ariyah adalah sesat lagi menyesatkan dan mesti dibasmi habis, tetapi wahabi ketika itu belum bisa berkembang disebabkan adanya kekhalifahan Utsmaniyah yang menjaga mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah al –Asy’ariyah.
Disebutkan dalam manaqibnya, Syeikh Ibrahim Al-Bajuri adalah seorang ulama yang amat mencintai dzuriyah Rasul SAW. Ia rajin mengunjungi dan berziarah kepada  para ahli baiitin nabi, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
Salah satu bukti kecintaannya itu bisa kita lihat pada bagian akhir dari salah satu karyanya, Hasyiyah Ala Syarh ibn Qasim. Al-bajuri menampakan kecintaannya dan ghirohnya atau semangatnya bertabaruk dengan ahlul baitin nabi SAW dan ulama salafus sholeh, khususnya Sayyid Ahmad Badawi. Dalam kitab karyanya tersebut, secara khusus ia menyarankan kepada siapapun yang mengkhatamkan kitab tersebut itu untuk membacakan hadiah Fatihah untuk Sayyid Ahmad Al-Badawi karena beliau mengkhatamkan penulisan kitab tersebut tepatnya pada hari haul maulid Sayyidi Ahmad Badawi.
Di zaman pemerintahan Said Pasha, Syeikh Ibrohim al-Bajuri jatuh sakit. Belaiu kerepotan mengurus al-azhar. Kemudian beliau mewakilkan urusan administrasi al-azhar kepada empat orang, yaitu Syeikh Ahmad Badawi, Syeikh Ismail al-halabi, Syeikh Kholifah al-Fasyni dan Syeikh Musthofa Ashawi. Empat orang syeikh tersebut kemudian mengangkat seorang ketua yaitu Syeikh Musthofa. Al-azhar tidak mengangkat Syeikh al-azhar lain sehingga beliau wafat.
Setelah menebarkan ilmunya kepada generasi selanjutnya, akhirnya Imam Ibrohim Al-Bajuri menghembuskan nafas terkhirnya meninggalkan dunia yang fana menghadap Robb dengan tenang  dan ridho. Beliau meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 28 Dzulqo’dah tahun 1276 H bertepatan pada 19 Juli 1860 M, beribu pelayat hadir untuk menyolatkan Imam besar Ibrohim Al –Bajuri, beliau disholatkan di Masjid Al-Azhar Asy-syarif dan dikuburk an di kawasan Qurofah al-Kubro masyhur dengan sebutan al-Mujawarin.
               

No comments:

Post a Comment

Janji Allah Bagi Orang Yang Menikah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Diantara janji Allah bagi orang yang menikah, Allah janjikan kecukupan untuk me...