Ringkasan
Kitab Tijan Durori
Oleh Ustadz
Nasiruddin MM
Kitab Tijan
Durori adalah salah satu karya Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani yang merupakan
syarah (penjelasan) bagi kitab Risalah Fi Ilmi Tauhid karya Imam Ibrohim
Al-Bajuri yang telah disepakati oleh para ulama khususnya di Indonesia sebagai
kajian utama Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam mempelajari ilmu tauhid. Dalam kitab
ini menggunakan kalimat yang simpel dan mudah dipahami dalam penulisannya,
sehingga lebih memudahkan para santri dalam mempelajari dan memahami makna
dalam kitab ini. Kitab Tijan Durori sendiri menjadi salah satu materi
pembelajaran tauhid tingkat dasar diberbagai pondok pesantren di Indonesia.
Isinya yang sengaja dibuat ringkas dan ringan bertujuan agar setiap lapisan
masyarakat dapat memahaminya dengan mudah, mengingat akidah adalah penentu
utama dalam kehidupan beragama.
Nama Imam
Ibrohim Al-Bajuri merupakan nama yang tak asing lagi dikalangan para pelajar
mazhab Syafi’i. Hal ini karena salah satu kitab fiqih yang menjadi kurikulum di
pondok pesantren Indonesia adalah Hasyiyah Al-Bajuri syarah dari Matan Ghoyah
Wat Taqrib. Nama beliau adalah Burhanuddin Ibrohim Al-Bajuri bin Syiekh
Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau dilahirkan di desa Bajur dari Provinsi
al-Munufiyah Mesir tepat pada tahun 1198 H/1783 M. Sejak kecil beliau telah
hidup dalam kalangan orang shaleh karena orang tua beliau juga merupakan
seorang ulama yang alim dan sholeh. Tahun 1212 H beliau berangkat ke al-azhar
untuk mengambil ilmu dari para syeikh-syeikh di Universitas tertua tersebut.
Pada tahun 1213 H/1798 M Perancis telah menduduki Mesir sehingga membuat beliau
keluar dari al-Azhar dan tinggal di Jizah selam beberapa tahun, dan akhirnya
kembali lagi ke al-azhar pada tahun 1216 H/1801 M setelah Perancis keluar dari Mesir.
Setelah Imam
Al-Bajuri mendapatkan ilmu yang banyak dari para gurunya pada akhirnya beliau
diangkat menjadi seorang tenaga pendidik di al-azhar as-syarif, dengan tekun
dan keikhlasanna memulai kehidupannya dengan mengajar dan belajar, hingga pada
akhirnya beliau mendapat posisi yang tinggi di al-azhar, pada tahun 1263 H/1847
M beliau diangkat menjadi Syeikhul al-azhar ke-19 menggantikan Syeikh Ahmad
Al-Shafti yang telah meninggal. Pada saat itu pemimpin Mesir Abbas 1 beberapa
mengikuti pengajian beliau di al-azhar dan mencium tangan beliau.
Pada masa
hidupnya beliau berkembang begitu pesat, tidak berbeda dengan masa-masa
pemerintahan Mamalik yang menebarkan manhaj Asy’ariyah, begitu juga pada masa
al-ayubiyah dari masa pemerintahan Sholahudin al-ayubi sampai hilangnya
alayubiyah dan bertukar menjadi pemerintahan Mamalik. Madzhab Asyariyah
merupakan madzhab ahlus sunnah wal jamaah yang berkembang dari negeri barat di
daerah Maroko sampai negeri Indonesia, pada masa Ibrohim al-bajuri sudah mulai
terdengar dan hidup madzhab yang berbeda dari madzhab ahlus sunnah waljamaah,
yaitu mazhab wahabi di bahagian timur negeri Hijaz, ketika itu mereka belum
dapat menguasai semenanjung arab, aqidah mereka sangat bertentangan
dengan mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang di bawah oleh ulam-ulama terdahulu.
Mereka
berpendapat ulama-ulama Ahlus sunnah waljamaah yang bermanhaj Asy’ariyah adalah
sesat lagi menyesatkan dan mesti dibasmi habis, tetapi wahabi ketika itu belum
bisa berkembang disebabkan adanya kekhalifahan Utsmaniyah yang menjaga mazhab
Ahlus Sunnah Wal Jamaah al –Asy’ariyah.
Disebutkan
dalam manaqibnya, Syeikh Ibrahim Al-Bajuri adalah seorang ulama yang amat
mencintai dzuriyah Rasul SAW. Ia rajin mengunjungi dan berziarah kepada
para ahli baiitin nabi, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
Salah satu
bukti kecintaannya itu bisa kita lihat pada bagian akhir dari salah satu
karyanya, Hasyiyah Ala Syarh ibn Qasim. Al-bajuri menampakan kecintaannya dan
ghirohnya atau semangatnya bertabaruk dengan ahlul baitin nabi SAW dan ulama
salafus sholeh, khususnya Sayyid Ahmad Badawi. Dalam kitab karyanya tersebut,
secara khusus ia menyarankan kepada siapapun yang mengkhatamkan kitab tersebut
itu untuk membacakan hadiah Fatihah untuk Sayyid Ahmad Al-Badawi karena beliau
mengkhatamkan penulisan kitab tersebut tepatnya pada hari haul maulid Sayyidi
Ahmad Badawi.
Di zaman
pemerintahan Said Pasha, Syeikh Ibrohim al-Bajuri jatuh sakit. Belaiu kerepotan
mengurus al-azhar. Kemudian beliau mewakilkan urusan administrasi al-azhar
kepada empat orang, yaitu Syeikh Ahmad Badawi, Syeikh Ismail al-halabi, Syeikh
Kholifah al-Fasyni dan Syeikh Musthofa Ashawi. Empat orang syeikh tersebut
kemudian mengangkat seorang ketua yaitu Syeikh Musthofa. Al-azhar tidak
mengangkat Syeikh al-azhar lain sehingga beliau wafat.
Setelah
menebarkan ilmunya kepada generasi selanjutnya, akhirnya Imam Ibrohim Al-Bajuri
menghembuskan nafas terkhirnya meninggalkan dunia yang fana menghadap Robb
dengan tenang dan ridho. Beliau meninggal dunia pada hari Kamis tanggal
28 Dzulqo’dah tahun 1276 H bertepatan pada 19 Juli 1860 M, beribu pelayat hadir
untuk menyolatkan Imam besar Ibrohim Al –Bajuri, beliau disholatkan di Masjid
Al-Azhar Asy-syarif dan dikuburk an di kawasan Qurofah al-Kubro masyhur dengan
sebutan al-Mujawarin.
No comments:
Post a Comment