Friday, July 21, 2017

KAROMAH KH AS’AD SYAMSUL ARIFIN SITUBONDO



KAROMAH  KH AS’AD SYAMSUL ARIFIN SITUBONDO


KH AS’AD SYAMSUL ARIFIN atau dikenal dengan sebutan Kyai Haji As’ad Samsul Arifin. Lahir pada tahun 1897 di Makkah, meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada usia 93 tahun. Beliau adalah pengasuh ponpes salafiyah syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ulama besar sekaligus tokoh dari NU dengan jabatan terkhir sebagai Dewan Penasehat (mustasyar) PBNU hingga akhir hayatnya.
Dideretan ulama-ulama besar di Indonesia, nama KH As’ad tentu bukanlah nama yang asing. Beliau merupakan mediator berdirinya salah satu ormas terbesar di Indonesia yaitu NU dan juga pendiri PonPes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, yang dikenal dengan jumlah ribuan santrinya.
Sebagai Kyai dan ulama besar, KH As’ad tidak hanya dikenal mengusai ilmu para guru dan kitab-kitab hikmah saja, namun juga mempunyai banyak kelebihan atau karomah  yang jarang dimiliki oleh manusia biasa.
Seperti halnya yang diungkapkan KH Fawaid As’ad, salah satu putra almarhum, mengatakan jika kelebihan atau ilmu-ilmu beladiri yang dimiliki oleh sang ayah memang cukup banyak. Hal itu bukanlah semat-mata digunakan untuk membela agama dan mempertahankan negara dari serangan penjajah.
Diantara kisah-kisah mengenai bukti kekaromahan KH As’ad semasa hidupnya pun terkuak dari KH Fawaid : “pada zaman dulu, murid-murid beliau itu banyak dari kaum bromocorah (preman) sehingga beliau pun banyak mendalami ilmu beladiri,” tutur KH Fawaid memulai cerita.
Ilmu-ilmu beladiri yang dimiliki KH As’ad, sambung KH Fawaid , juga diajarkan kepada para muridnya.
Ia menceritakan, saat santrinya dibekali sebilah pedang serta celurit dan disuruh saling membacok, tapi tebasan pedang dan celurit itu tidak ada yang mencidrai mereka. Sebagian murid yang lain, ada yang diuji melompat dari pohon kelapa yang tinggi dan ternyata badanya tetap utuh serta segar bugar. Yang ajaib adalah saat para murid itu mampu menjatuhkan puluhan buah kelapa hanya dengan sekali pandang.
Tidak hanya itu, kamasyhuran kekaromahan beliau juga terbukti pada saat perang kemerdekaan. Beberapa pejuang tampak membawa pasir. Pasir itu konon adalah pemberian dari KH As’ad kepada para pejuang. Pasir tersebut kemudian ditaburkan ke kacang hijau di dekat markas tentara belanda atau jalan yang akan banyak dilewati tentara belanda.
“aneh, suatu keajaiban terjadi. Puluhan tentara belanda yang bersenjata lengkap itu tiba-tiba lari terbirit-birit ketakutan sambil meninggalkan senjatanya. Mungkin mereka mengira suara pasir itu adalah suara dentuman senjata api. Para pejuang pun memungut satu persatu senjata yang ditinggalkan belanda,” kisah KH Fawaid.

Lebih jauh lagi, KH Fawaid bahkan menceritakan ada kisah lain yang mengisyaratkan bahwa KH As’ad memang bukanlah ulama sembarangan. Kisah itu terjadi saat Kyai Mujib (teman KH As’ad) diajak KH As’ad menghadiri delapan acara walimah haji yang berada di luar kota.
Keduanya pu n berangkat dari rumah, sekitar pukul 20.30 WIB. Namun anehnay, Kyai Mujib baru merasakan keajaiban yang dialaminya setelah kembali ke Sukorejo. Dia kaget lantaran delapan lokasi acara walimah haji yang didatangi oleh KH As’ad ternyata hanya ditempuh dalam waktu dua jam.
“padahal, perjalanan pulang pergi saja memerlukan waktu 2 jam, sementara mereka harus mengunjungi  8 kali acara yang tempatnya masing-masing sangat berjauhan. In belum lagi dihitung waktu KH As’ad memberi ceramah dan jamuan makan, yang tentu saja memakan waktu tidak sebentar. Ini ajaib. Mana mungkin perjalanan yang seharusnya memakan waktu 2 jam plus semua acara yang  tempatnya saling berjauhan dan memakan waktu berjam-jam itu, bisa dilakukan hanya dengan dua jam?” ungkap KH Fawaid.
Kyai Mujib pun mengemukakan kebingungannya itu kepada supir KH As’ad, KH Abdul Aziz.
“iya.. ya, kenapa bisa begitu?”katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk meyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30 WIB.
“usut punya usut, seminggu kemudian. Di Sukorejo, Haji Aziz akhirnya memperoleh info mengenai keributan yang hampir saja terjadi di antara pemilik delapan acara walimah tersebut karena masing-masing ngotot minta didatangi Kyai pada saat yang bersamaan. Akhirnya, meraka sama-sama tercengang, sebab masing-masing mempunyai bukti berupa foto  ketika Kyai As’ad berada di rumah-rumah mereka ,” imbuh KH Fawaid.

Peristiwa seperti itu tampaknya juga pernah dialami sendiri oleh KH As’ad ketika muda. Dia heran, ada Kyai yang menjadi imam sholat jumat di tiga Masjid sekaligus. Menurut kisah, KH As’ad bermakmum saat sholat jumat dengan imam Kyai Asadulla di Masjid Besuki.
Bupati Situbondo, yang mendengar hal itu, membantah dan sambil ngotot mengatakan bahwa Kyai Asadullah hari itu mengimami sholat jumat di Situbondo, bahkan sang bupati mengaku berdiri tepat di belakangnya.
Pendahulu Asembagus yang kebetulan mendengar pertikaian itu, malah menimpali bahwa Kyai Asadullah menjadi imam Masjid di daerahnya.
Hal itu mengingatkan KH As’ad pada dawuh (perintah) Habib Al-Musawa bahwa Kyai Asadullah telah mencapai maqom fana fi dzat, bisa menjadi 3 bahkan 10 dalam waktu bersamaan. Ilmu yang sama kelak akan dimiliki juga oleh KH As’ad.

Wallahu a’lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

Janji Allah Bagi Orang Yang Menikah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Diantara janji Allah bagi orang yang menikah, Allah janjikan kecukupan untuk me...