Jihadunnafsi
(memerangi hawa nafsu)
Istilah memerangi nafsu, adalah sangat terkenal. Namun, banarkah kita sudah betul-betul mengetahui nafsu yang harus kita perangi?. Di bagian terdahulu saya sudah menuliskan tentang dua nafsu negatif. Yaitu:
1. Nsfsu mulhimah fujur (nafsu pembisik kejahatan). Dengan dasar qodliyah dalam ayat fa alhamahaa fujuurohaa (maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan)., yang menurut pakar tashowwuf, ialah qodliyah tersebut bisa disimpulkan, bahwa jalan kejahatan itu ditemukan dalam diri kita, karena adanya nafsu mulhimah fujur (nafsu pebisik kejahatan).
Oleh sebab itu, kita harus memerangi nafsu mulhimah fujur itu, dengan tiga nafsu positif. Yaitu:
1. Nafsu mulhimah taqwa (nafsu pembisik ketakwaan), dengan cara kita harus selalu chusnudhdhon (baik sangka) atau yang sering dikatakan orang dengan istilah positif tinking.
2. Nafsu lawwamah (nafsu yang mencela diri sendiri, sehinga tidak sempat mencela orang lain). Dan inilah yang dimaksud hadis:
طوبا
لمن شغله عيبه عن عيوب الناس
Berbahagialah
bagi orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga tidak sempat mencari
aib orang lain.
3.
Nafsu muthma,innah (nafsu yang tenang),. Artinya, kita harus selalu tenang
dalam menghadapi apapun, sehingga kita bisa membedakan mana yang baik, mana
yang buruk, mana yang benar mana yang salah, mana positif msna negatif.
Sementara,
dalam memerangi nafsu ammaroh (nafsu yang banyak memerintahkan berbuat
kejahatan), ialah kita harus menghadapinya dengan tiga nafsu positif berikut
ini:
1. Nafsu rodliyah (nafsu yang ridlo atau rela pada keputusan Alloh Azza wajalla). Ya'ni, jika kita senantiasa rela pada keputusan-Nya, maka kita tidak akan berbuat kejahatan.
2. Nafsu mardliyah (nafsu yang selalu diridloi Alloh Taala). Dan perlu kita ketahui, nafsu mardliyah ini tidak akan ada di dalam diri kita, selama kita belum diridloi atau belum menjadi kekasih Alloh. Artinya, selama kita belum betul-betul taat kepada Alloh dan rosul-Nya, yang menjadi sarana dan pra sarana kita selalu dirohmati, adalah tidak mungkin kita mampu menggunakan nafsu mardliyah ini.
3. Nafsu kamilah (nafsu yang sempurna dalam menjadi manusia). Nafsu ini hanya ada di dalam diri Muhammad rosululloh, yang mungkin kita mampu menggunakannya, jika kita sudah betul-betul mampu berakhlak, dengan shiddiiq, amanah, tabliigh dan fathonah.
Demikinlah jihadunnafsi menurut pemahaman Hikmah Kamilah, melalui disiplin ilmu ma'aani dan ilmu tashowwuf.
1. Nafsu rodliyah (nafsu yang ridlo atau rela pada keputusan Alloh Azza wajalla). Ya'ni, jika kita senantiasa rela pada keputusan-Nya, maka kita tidak akan berbuat kejahatan.
2. Nafsu mardliyah (nafsu yang selalu diridloi Alloh Taala). Dan perlu kita ketahui, nafsu mardliyah ini tidak akan ada di dalam diri kita, selama kita belum diridloi atau belum menjadi kekasih Alloh. Artinya, selama kita belum betul-betul taat kepada Alloh dan rosul-Nya, yang menjadi sarana dan pra sarana kita selalu dirohmati, adalah tidak mungkin kita mampu menggunakan nafsu mardliyah ini.
3. Nafsu kamilah (nafsu yang sempurna dalam menjadi manusia). Nafsu ini hanya ada di dalam diri Muhammad rosululloh, yang mungkin kita mampu menggunakannya, jika kita sudah betul-betul mampu berakhlak, dengan shiddiiq, amanah, tabliigh dan fathonah.
Demikinlah jihadunnafsi menurut pemahaman Hikmah Kamilah, melalui disiplin ilmu ma'aani dan ilmu tashowwuf.
Setelah kita mengetahui enam nafsu yang
dirochmati oleh Alloh Azza wajalla (nafsu positif). Maka kita harus memahami
nafsu negatif. Yaitu:
1. Nafsu mulhimah fujur (nafsu yang mengilhamkan keburukan-keburukan).
2. Nafsu ammaroh (nafsu yang memerintahkan berbuat kejahatan).
Dua nafsu inilah yang menjadikan kita jauh dari Alloh Ta'ala. Karena, barangsiapa tidak bisa mengendalikan dua nafsu yang menjadi kendaraan syetan, niscaya dia betul-betul terjerumus kedalam lautan kejahatan. Ringkasnya, sepanjang kita masih mengikuti dua nafsu negatif ini, maka jangan berharap bisa menjadi manusia, yang mampu mengikuti jejak Muchammad rosululloh, melalui jalan yang digambarkan di dalam ayat tujuh surah Al-Fatichah, yang isi jalan itu, adalah:
1. Shiddiiq (jujur).
2. Amanah (dapat dipercaya)
3. Fathonah (cerdas akal yang dioperasikan oleh enam nafsu positif)
4. Tabliigh (menyampaikan kebenaran).
1. Nafsu mulhimah fujur (nafsu yang mengilhamkan keburukan-keburukan).
2. Nafsu ammaroh (nafsu yang memerintahkan berbuat kejahatan).
Dua nafsu inilah yang menjadikan kita jauh dari Alloh Ta'ala. Karena, barangsiapa tidak bisa mengendalikan dua nafsu yang menjadi kendaraan syetan, niscaya dia betul-betul terjerumus kedalam lautan kejahatan. Ringkasnya, sepanjang kita masih mengikuti dua nafsu negatif ini, maka jangan berharap bisa menjadi manusia, yang mampu mengikuti jejak Muchammad rosululloh, melalui jalan yang digambarkan di dalam ayat tujuh surah Al-Fatichah, yang isi jalan itu, adalah:
1. Shiddiiq (jujur).
2. Amanah (dapat dipercaya)
3. Fathonah (cerdas akal yang dioperasikan oleh enam nafsu positif)
4. Tabliigh (menyampaikan kebenaran).
العبادة فعل المكلف علا خلاف هوا نفسه تعظيما لربه
(ibadah: adalah pekerjaan seorang mukallaf yang tidak mengikuti hawa nafsunya, karena mengagungkan tuhannya)
Definisi ini bisa kita simpulkan, bahwa ibadah itu harus dikerjakan oleh jin atau manusia, yang mempunyai nafsu positif. Yaitu:
1. Nafsu mulhimah taqwa (pembisik ketakwaan).
2. Nafsu lawwamah (nafsu yang banyak mencela diri sendiri karena kurang ibadah).
3. Nafsu muthma,innah(nafsu yang tenang).
4. Nafsu rodliyah (nafsu yang ridlo pada keputusan Alloh).
5. Nafsu mardliyah (nafsu yang diridoi Alloh).
6. Nafsu kamilah (nafsu yang sempurna dalam menjadi manusia). Dan perlu kita ketahui bahwa nafsu ini hanya dimiliki oleh nabi Muchammad shollallohu 'alaihi wasallam.
Dengan dasar enam nafsu positif inilah, kita bisa beribadah dengan baik. Karena, enam nafsu positif ini, adalah nafsu yang dirochmati oleh Alloh 'Azza wajalla. Sebagaimana dijelaskan dalam qodliyah
الا مارحم ربي
(kecuali nafsu yang tuhanku merahmatinya). Dan nafsu yang dirahmati oleh Alloh, menurut orang ahli hikmah kamilah, ialah enam nafsu yang telah disebutkan
(ibadah: adalah pekerjaan seorang mukallaf yang tidak mengikuti hawa nafsunya, karena mengagungkan tuhannya)
Definisi ini bisa kita simpulkan, bahwa ibadah itu harus dikerjakan oleh jin atau manusia, yang mempunyai nafsu positif. Yaitu:
1. Nafsu mulhimah taqwa (pembisik ketakwaan).
2. Nafsu lawwamah (nafsu yang banyak mencela diri sendiri karena kurang ibadah).
3. Nafsu muthma,innah(nafsu yang tenang).
4. Nafsu rodliyah (nafsu yang ridlo pada keputusan Alloh).
5. Nafsu mardliyah (nafsu yang diridoi Alloh).
6. Nafsu kamilah (nafsu yang sempurna dalam menjadi manusia). Dan perlu kita ketahui bahwa nafsu ini hanya dimiliki oleh nabi Muchammad shollallohu 'alaihi wasallam.
Dengan dasar enam nafsu positif inilah, kita bisa beribadah dengan baik. Karena, enam nafsu positif ini, adalah nafsu yang dirochmati oleh Alloh 'Azza wajalla. Sebagaimana dijelaskan dalam qodliyah
الا مارحم ربي
(kecuali nafsu yang tuhanku merahmatinya). Dan nafsu yang dirahmati oleh Alloh, menurut orang ahli hikmah kamilah, ialah enam nafsu yang telah disebutkan
No comments:
Post a Comment